Sedikit tambahan wawasan tentang Animasi di Indonesia
Bandung
- Pesatnya pertumbuhan industri kreatif khususnya sektor animasi di
dalam negeri mempunyai peluang yang begitu besar, bahkan pasar animasi
ditargetkan mencapai US$ 2,42 miliar pada 2016.Namun yang menjadi
masalah adalah kurangnya sinergisitas antar kementerian dalam
mengembangkan Industri animasi itu sendiri.
Direktur Industri
Elektronika dan Telematika Kementerian Perindustrian, C. Triharso
mengungkap kalau kurangnya sinergisitas antar kementerian yang
terkait.Padahal mereka juga mempunyai ambisi yang sama.
"Sinergi
dan harmonisasi kebijakan serta pengembangan program padahal kementerian
memiliki program yang sama. Agar nantinya tidak sporadis,nanti kita
kumpulkana da 8 kementerian, industri, kominfo, parekraf, perdagangan,
ristek, dll,"ungkap C.Triharso saat acara penganugerahan pemenang lomba
Industry Creative Festival 2013 (INCREFEST) bertajuk "Indonesia,ini
karyaku Kualitas dunia" di Bandung, Rabu (11/9).
Lebih lanjut
lagi C.Triharso memaparkan diperlukan kebijakan yang lebih mengutamakan
pengembangan industri kreatif seperti kewajiban Stasiun Televisi
nasional wajib menayangkan Film dari animasi lokal. "Tantangan kedepan
ada 210 menit per hari apa bisa memenuhi itu, namun dari para animator
menyatakan mampu. Mampu tersebut juga terkait konten, kualitas,"
jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama,untuk menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015,Triharso diperlukan strategi yang komprehensif,
efektif, dan terpadu dalam mengembangkan industri animasi nasional.
“Pembinaan dari awal merupakan faktor penting. Dukungan pemerintah
dalam bentuk pembiayaan (grant), kuota jam tayang, pilot project atau
prototipe, program inkubasi, insentif pajak, dan sebagainya sangat
penting, khususnya dalam tahap pengembangan industri animasi nasional,"
ujarnya.
Pemerintah juga harus mengadakan festival dan kompetisi
terkait industri kreatif dan animasi. Perlu penajaman peta kekuatan dan
kelemahan industri animasi Indonesia, mencakup jumlah studio animasi,
SDM, daerah-daerah unggulan, keunggulan teknologi, dan spesialisasi yang
diandalkan, jumlah program pendidikan animasi yang ada, kurikulum
pendidikan, dan sebagainya.
Dalam konteks pengembangan kerja sama
di bidang animasi, perlu identifikasi atau insentif yang dapat
ditawarkan secara konkret oleh Indonesia untuk industri animasi negara
lain, misalnya Inggris, dalam rangka pengembangan industri animasi
nasional.
Seperti diketahui, perkembangan animasi di Indonesia
sebenarnya telah meluas, bahkan ada beberapa studio yang telah membuat
animasi lisensi luar dikerjakan oleh tenaga ahli lokal atau dengan
kalimat lain, Perkembangan Animasi Indonesia sudah lama terkenal hanya
sebagai tempat produksi industri film animasi Jepang dan Amerika
Serikat.
Data Ainaki (Asosiasi Industri Animasi dan Konten
Indonesia) mencatat nama-nama studio animasi Indonesia. Daftar Studio
Animasi di Indonesia diantaranya antara lain Frozzty Entertainment,
Dreamlight Animation,Tunas Pakar Integraha,Castle Production, CAM
Solution, DreamTOoN, Mirag, Pustaka Lebah, Jogjakartun, Mrico, Animad
Studio, Jelly Fish, Bulakartun, Griya Studio, Bening Studio, Studio
Kasatmata, ADBstudio Asiana Wang Animation, Bintang Jenaka Cartoon Film,
Red Rocket, Infinite Frameworks Studios Batam, Animotion Academy,
Sianima Animation.
Pasar Ekspor
Di lain kesempatan,
sebelumnya, Menteri Perindustrian MS Hidayat pernah menyebut saat ini
industri animasi mulai dilirik dan dipesan pasar luar negeri. “Pesanan
mengalir karena kemampuan para animator nasional bisa diandalkan. Untuk
animasi, sejumlah studio kita sudah mulai menerima pesanan dari Amerika
Serikat, Jepang, dan sejumlah negara Eropa,” ungkap Hidayat.
Lebih jauh lagi Hidayat memaparkan industri film animasi di Hollywood AS
mengakui kemampuan animator Indonesia. Lantaran itu, pengguna produk
animasi di Tanah Air harusnya lebih berpihak pada karya-karya anak
bangsa. Sehingga industri kreatif, khususnya animasi film, lebih
berkembang dan dikenal luas di dalam negeri. "Dari aspek kemampuan
sumber daya manusia, para animator Indonesia lebih unggul dibanding
Malaysia," katanya.
Dalam kesempatan sebelumnya, pemerintah
mengakui, industri kreatif di dalam negeri sangat minim sebab tidak
didukung oleh sumber daya manusianya. Demikian pula dengan industri
animasi sebagai bagian dari industri kreatif bisa mengalami pertumbuhan
yang cukup bagus apabila memiliki SDM yang cukup dan kompeten. "Untuk
animasi kita bagus, tetapi SDM-nya yang kurang. Itu yang kita kurang dan
lemah," tutur Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka
Pangestu.
Dia menilai, orang yang bergerak di industri kreatif
terutama animasi tidak memerlukan pendidikan umum. Mereka membutuhkan
wadah untuk berkreasi serta pengakuan dari pihak manapun. "Intinya
menciptakan space di mana mereka bisa berkreasi. TV tolong dong beri
program animasi dalam negeri," ungkapnya.
Mari beranggapan,
industri kreatif tiap tahunnya bertumbuh. Industri kreatif seperti
animasi, film, fotografi, musik adalah orang yang menciptakan konten.
untuk itu, Kemenparekraf akan melakukan proses maturing atau mengakui
keberadaan industri kreatif tersebut.
0 comments:
Post a Comment